Selasa, 20 Desember 2011

VITAMIN B2


Vitamin B2 yang pertama kali diisolasi dari susu, diidentifikasi dan disintesis pada tahun 1935. Warna kuningnya yang pekat disebabkan oleh sistem cincin isoloksin yang kompleks selanjutnya ditmukan bahwa riboflavin adalah komponen dari dua koenzim yang berhubungan erat, yaitu flavin mononukleotida (FMN), dan flavin adenin dinukleotida (FAD). Senyawa-senyawa ini berfungsi sebagai gugus protestik yang terikat kuat dari kelas dehidrogenase yang dikenal sebagai flavoprotein atau dehidrogenase flavin.
Riboflavin, dikenal juga sebagai vitamin B2, adalah mikronutrisi yang mudah dicerna, bersifat larut dalam air, dan memiliki peranan kunci dalam menjaga kesehatan pada manusia dan hewan. Vitamin B2 diperlukan untuk berbagai ragam proses seluler. Seperti vitamin B lainnya, riboflavin memainkan peranan penting dalam metabolisme energi, dan diperlukan dalam metabolisme lemak, zat keton, karbohidrat dan protein. Vitamin ini juga banyak berperan dalam pembetukkan sel darah merah, antibodi dalam tubuh, dan dalam metabolisme pelepasan energi dari karbohidrat.
Pada reaksi yang dikatalis oleh enzim-enzim ini, cincin isooklasosin flavin nukleotida berfungsi sebagai pembawa sementara sepasang atom hidrogen yang dipindahkan dari molekul substrat. Dehidrogenase suksinat adalah contoh dehidrogenase flavin. Enzim ini mengandung gugus prostetik kovalen FAD yang terikat kuat dan mengkatalisa reaksi.
Suksinat + E-FAD              Fumarat + E-FADH2
Sumber vitamin B2 terbanyak ditemukan pada makanan hewani, seperti daging, hati, ginjal, dan jantung, serta susu.[4] Beberapa tanaman juga mengandung vitamin ini dalam kadar yang cukup tinggi, antara lain kacang almond, jamur, gandum, dan kacang kedelai. Tepung dan sereal biasanya juga diperkaya dengan vitamin ini.[4] Walaupun bersifat tahan panas, riboflavin cenderung larut dalam air selama proses pemasakan. Makanan yang mengandung riboflavin sebaiknya tidak disimpan dalam wadah transparan karena vitamin ini mudah rusak oleh paparan cahaya.
Konsumsi riboflavin sangat bergantung pada berat tubuh, laju metabolisme, dan asupan kalori di dalam tubuh. Berdasarkan RDA, konsumsi perhari bagi pria adalah 1,7 mg dan bagi wanita adalah 1,3 mg, sedangkan bagi wanita hamil perlu tambahan 0,3 mg.
Riboflavin merupakan salah satu koenzim yang berperan dalam berbagai metabolisme energi di dalam tubuh, terutama dalam pemecahan senyawa karbohidrat menjadi gula sederhana. Senyawa kompleks lainnya, seperti lemak dan protein, juga dapat dikonversi menjadi energy. Beberapa metabolisme vitamin lain dan mineral juga membutuhkan peranan vitamin ini. Selain itu, vitamin ini berperan dalam respirasi jaringan tubuh, pertumbuhan badan, dan produksi sel darah merah.
Karena riboflavin memegang peranan besar dalam metabolime energi di dalam tubuh maka defisiensi vitamin ini akan jelas berpengaruh pada produksi energi tubuh. Hal ini terjadi karena metabolisme pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein tidak berjalan dengan efisien. Secara fisik, defisiensi ini dapat terlihat dari warna mata yang cenderung merah, peningkatan sensitifitas terhadap cahaya matahari, peradangan di mulut, dan bibir pecah-pecah. Efek lainnya juga terlihat pada kerusakan jaringan kulit, keriput, dan kuku pecah.
Gejala awal defisiensi adalah sakit tenggorokan dan bibir pecah-pecah. Bila telah parah, penderita akan mengalami anemia, gangguan saraf, pembengkakan lidah. Defisiensi vitamin B2 ini sering dialami oleh para pecandu alkohol.
Kekurangan vitamin B2 jarang terjadi, kecuali di daerah-daerah dimana makanan terutama berupa padi giling. Kekurangan vitamin ini juga bisa terjadi pada: Peminum alcohol, penderita penyakit hati, penderita diare menahun. Kekurangan vitamin B2 boleh menyebabkan :
Keletihan, lemah badan.
Bibir merekah, sakit (bengkak) lidah dan di tepi mulut.
Lemah daya penglihatan, photophobia (terlalu sensitif pada cahaya).
Gatal kulit, pening , rambut gugur dan insomnia (tidak boleh tidur).
Lemah daya penghadaman, membantut tumbesaran,  dan lembap dalam tindakbalas mental.

Gejala yang paling sering terjadi adalah luka terbuka di sudut mulut, yang diikuti dengan bibir pecah-pecah, yang bisa meninggalkan jaringan parut. Jika di daerah mulut terjadi thrush (suatu infeksi jamur), akan tampak bercak-bercak putih keabuan. Warna lidah berubah menjadi magenta dan pada daerah diantara hidung dan bibir muncul bercak-bercak berminyak (seboroik). Kadang tumbuh pembuluh darah ke dalam kornea, menyebabkan mata silau. Pada laki-laki kulit buah zakar mengalami peradangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar