Vitamin
B2 yang pertama kali diisolasi dari susu, diidentifikasi dan
disintesis pada tahun 1935. Warna kuningnya yang pekat disebabkan oleh sistem
cincin isoloksin yang kompleks selanjutnya ditmukan bahwa riboflavin adalah
komponen dari dua koenzim yang berhubungan erat, yaitu flavin mononukleotida
(FMN), dan flavin adenin dinukleotida (FAD). Senyawa-senyawa ini berfungsi
sebagai gugus protestik yang terikat kuat dari kelas dehidrogenase yang dikenal
sebagai flavoprotein atau dehidrogenase flavin.
Riboflavin, dikenal juga
sebagai vitamin B2,
adalah mikronutrisi yang mudah
dicerna, bersifat larut dalam air, dan memiliki peranan kunci dalam menjaga kesehatan
pada manusia
dan hewan. Vitamin B2
diperlukan untuk berbagai ragam proses seluler. Seperti vitamin
B lainnya, riboflavin memainkan peranan penting dalam metabolisme
energi,
dan diperlukan dalam metabolisme lemak, zat keton, karbohidrat
dan protein.
Vitamin ini juga banyak berperan dalam pembetukkan sel darah
merah, antibodi dalam tubuh, dan dalam metabolisme pelepasan energi dari karbohidrat.
Pada
reaksi yang dikatalis oleh enzim-enzim ini, cincin isooklasosin flavin
nukleotida berfungsi sebagai pembawa sementara sepasang atom hidrogen yang
dipindahkan dari molekul substrat. Dehidrogenase suksinat adalah contoh
dehidrogenase flavin. Enzim ini mengandung gugus prostetik kovalen FAD yang
terikat kuat dan mengkatalisa reaksi.
Suksinat + E-FAD Fumarat + E-FADH2
Sumber
vitamin B2 terbanyak ditemukan pada makanan
hewani,
seperti daging,
hati, ginjal, dan jantung,
serta susu.[4]
Beberapa tanaman juga mengandung vitamin ini dalam kadar yang cukup tinggi,
antara lain kacang
almond,
jamur,
gandum,
dan kacang
kedelai. Tepung
dan sereal
biasanya juga diperkaya dengan vitamin ini.[4]
Walaupun bersifat tahan panas, riboflavin cenderung larut dalam air selama proses
pemasakan. Makanan yang mengandung riboflavin sebaiknya tidak disimpan dalam
wadah transparan karena vitamin ini mudah rusak oleh paparan cahaya.
Konsumsi
riboflavin sangat bergantung pada berat tubuh, laju metabolisme,
dan asupan kalori
di dalam tubuh. Berdasarkan RDA, konsumsi perhari bagi pria adalah 1,7
mg dan bagi wanita adalah 1,3 mg, sedangkan bagi wanita hamil perlu tambahan
0,3 mg.
Riboflavin
merupakan salah satu koenzim yang berperan
dalam berbagai metabolisme energi di dalam tubuh, terutama dalam pemecahan senyawa karbohidrat
menjadi gula
sederhana. Senyawa kompleks lainnya, seperti lemak dan protein,
juga dapat dikonversi menjadi energy. Beberapa metabolisme vitamin
lain dan mineral
juga membutuhkan peranan vitamin ini. Selain itu, vitamin ini berperan dalam respirasi
jaringan
tubuh, pertumbuhan badan, dan produksi sel darah
merah.
Karena
riboflavin memegang peranan besar dalam metabolime energi di dalam tubuh maka
defisiensi vitamin ini akan jelas berpengaruh pada produksi energi tubuh. Hal
ini terjadi karena metabolisme pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein tidak
berjalan dengan efisien. Secara fisik, defisiensi ini dapat terlihat dari warna
mata yang cenderung merah,
peningkatan sensitifitas terhadap cahaya
matahari, peradangan di mulut, dan bibir pecah-pecah. Efek lainnya juga terlihat pada kerusakan
jaringan kulit,
keriput, dan kuku
pecah.
Gejala awal
defisiensi adalah sakit tenggorokan dan bibir pecah-pecah. Bila telah
parah, penderita akan mengalami anemia, gangguan saraf, pembengkakan lidah. Defisiensi vitamin
B2 ini sering dialami oleh para pecandu alkohol.
Kekurangan
vitamin B2 jarang terjadi, kecuali di daerah-daerah dimana makanan terutama
berupa padi giling. Kekurangan vitamin ini juga bisa terjadi pada: Peminum
alcohol, penderita penyakit hati, penderita diare menahun. Kekurangan
vitamin B2 boleh menyebabkan :
|
Keletihan, lemah badan.
|
|
Bibir merekah, sakit (bengkak) lidah dan di tepi
mulut.
|
|
Lemah daya penglihatan, photophobia (terlalu
sensitif pada cahaya).
|
|
Gatal kulit, pening , rambut gugur dan
insomnia (tidak boleh tidur).
|
|
Lemah daya penghadaman, membantut
tumbesaran, dan lembap dalam tindakbalas mental.
|
Gejala yang
paling sering terjadi adalah luka terbuka di sudut mulut, yang diikuti dengan
bibir pecah-pecah, yang bisa meninggalkan jaringan parut. Jika di daerah mulut
terjadi thrush (suatu infeksi jamur), akan tampak bercak-bercak putih
keabuan. Warna lidah berubah menjadi magenta dan pada daerah diantara
hidung dan bibir muncul bercak-bercak berminyak (seboroik). Kadang
tumbuh pembuluh darah ke dalam kornea, menyebabkan mata silau. Pada
laki-laki kulit buah zakar mengalami peradangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar